Agrozine – Tentu kamu akan terkejut jika bertemu cumi-cumi ini yang ukurannya ratusan kali lipat dari cumi-cumi yang biasa kita makan. Cumi-cumi raksasa yang bernama ilmiah Architeuthis dux ini merupakan salah satu invertebrata terbesar yang ada di dunia. Hewan ini termasuk ke dalam kelompok moluska purba yang disebut dengan sefalopoda (kaki di kepala), yang termasuk juga gurita, sotong, dan nautilus. Perkiraan ukuran cumi-cumi ini maksimum 13 m untuk betina, sedangkan 10 m untuk jantan, dari sirip posterior ke dua ujung tentakel. Panjang mantelnya sendiri sekitar 2 m.
Jumlah spesies cumi-cumi jenis ini masih menjadi perdebatan, tetapi menurut penelitian genetik terbaru, menunjukkan hanya ada satu spesies. Cumi-cumi raksasa adalah sebuah istilah yang kadang digunakan untuk menggambarkan spesimen cumi-cumi yang sangat besar. Namun, secara ilmiah hanya cumi-cumi dari genus Architeuthis yang bisa dianggap sebagai cumi-cumi raksasa.
Keberadaan hewan yang dikenal dengan giant squid ini memiliki habitat di zona laut dalam (deep sea) dan tersebar di sekitaran perairan samudera yang memiliki iklim sedang sampai subtropis, seperti Samudra Hindia, Atlantik, dan Pasifik.
Struktur tubuh dari cumi-cumi ini terdiri dari kepala yang memiliki mantel, tubuh, delapan lengan, dan dua tentakel yang panjang. Sirip-sirip kecil pada mantel memiliki fungsi sebagai penggerak, dengan adanya aliran air yang masuk melalui corong yang dapat mendorong kontraksi otot untuk menggerakan tubuhnya yang besar secara cepat.
Meski ukurannya yang besar serta fakta bahwa manusia sudah mengetahui tentang cumi-cumi ini selama berabad-abad, tetapi baru di tahun 2004 cumi-cumi raksasa pertama difoto di habitat aslinya oleh peneliti Jepang. Maklum, cumi-cumi ini tidak mudah ditemui karena hidup di laut dalam. Cumi-cumi ini kembali tertangkap oleh kamera di habitat alaminya di Teluk Meksiko pada tahun 2019. Belum lama ini, di pantai Kommetjie, Afrika Selatan, ditemukan bangkai cumi-cumi raksasa. Tubuhnya sekitar 2,2 m dengan panjang tentakel sekitar 3,5 m.
Habitat cumi-cumi raksasa berada di bawah ngarai laut yang memotong landasan kontinen, tempat yang sama dengan habitat paus sperma. Dengan demikian, hal ini menjelaskan juga asosiasi kedua makhluk raksasa ini yang saling bergantian menjadi predator. Hewan ini suka memakan ikan dan spesies cumi lainnya. Untuk berburu, cumi-cumi ini menggunakan cahaya yang dipancarkan dari tubuhnya atau disebut bioluminescence. Cahaya itu berguna untuk menarik hewan lain sebagai santapan. Mereka menangkap mangsanya menggunakan dua tentakel. Salah satu hewan yang bisa memangsa cumi-cumi raksasa ini adalah paus sperma.
Cumi-cumi raksasa menjelajah ke perairan yang lebih dangkal pada malam hari untuk mencari makan dan bermigrasi kembali ke perairan yang lebih dalam di siang hari. Pada umumnya, cumi-cumi ini hidup di perairan dingin sekitar 1.640 hingga 3.280 kaki atau sekitar 500 hingga 1.000 Meter di bawah permukaan laut.
Terlepas dari ukuran tubuhnya yang besar, hewan ini memang merupakan makhluk laut yang sangat misterius karena keberadaannya yang hampir tidak pernah terlihat. Sebuah penelitian melakukan sebuah analisa mengapa cumi-cumi ini sangat sulit untuk ditemui. Para peneliti menyebutkan kalau penyebab sulitnya ditemukan cumi-cumi raksasa adalah karena matanya yang sangat besar. Cumi-cumi ini mampu hidup ribuan kaki di bawah permukaan laut. Sangat sedikit sinar matahari yang mampu menembus kedalaman itu. Untuk beradaptasi, cumi-cumi raksasa mengembangkan mata terbesarnya di dunia hewan.
Masing-masing matanya sebesar bola basket, bisa dikatakan tiga kali diameter hewan lain. Mata besarnya ini tidak hanya membantu cumi-cumi raksasa berjalan di sekitaran laut yang dalam dan gelap saja, tetapi juga membuatnya sangat sensitif terhadap cahaya terang yang dipasang oleh para peneliti pada kapal selam dan kamera bawah air mereka. Kepekaan pada cahaya itulah yang sekiranya mampu menjelaskan alasan hewan ini sulit ditemukan di habitat aslinya. Sebab, saat kendaraan peneliti mencapai habitat cumi-cumi raksasa, mereka telah melarikan diri dari cahaya dan juga getaran yang dihasilkan dari kendaraan si peneliti.
Spesies cumi-cumi raksasa ini paling sering terlihat di pantai Selandia Baru dan pulau-pulau Pasifik, di sisi timur dan barat Atlantik Utara, dan di Atlantik Selatan di sepanjang pantai Afrika.
Demikianlah informasi tentang cumi-cumi raksasa. Semoga bermanfaat dan memotivasi kamu untuk menjaga kelestarian fauna laut termasuk cumi langka ini. (das)
Yuk Sobat, Tonton Video Menarik Ini: