Agrozine.id – Lahan sempit kerap menjadi permasalahan untuk bercocok tanam terutama di lahan perkotaan. Lahan yang semakin sempit membuat semakin banyak masyarakat yang tidak bisa bercocok tanam. Melihat hal tersebut, mahasiswa USU membuat desain teknologi penanaman lahan sempit berkonsep Green House.
Konsep tersebut diikutsertakan pada lomba Robot Desain Contest yang dilaksanakan oleh Badan Eksekutif Mahasiswa Elektro Fakultas Teknis Universitas Hasanuddin. Konsep tersebut berhasil meraih juara 1.
Dalam lomba tersebut, USU diwakili oleh Syamsuri Alpha Joshua (Teknik Mesin), Muhammad Erwinsyah Armaya (Teknik Mesin) dan Fara Salsabila Lubis (mahasiswa Fakultas Kehutanan). Ketiganya tergabung dalam komunitas Alpha Wings yang dipimpin oleh Prof Dr Eng Himsar Ambarita ST, MT.
Baca Juga: 5 Tips Bertanam di Lahan Sempit yang Patut Dicoba
Syamsuri Alpha Joshua selaku ketua tim menjelaskan bahwa timnya memenangi lomba tersebut dengan membawa inovasi robot penanaman mandiri. Menyesuaikan dengan tema perlombaan “Robot Innovation for Pandemic Recovery”, timnya mengusung inovasi desain teknologi penanaman mandiri dengan lahan sempit menggunakan konsep Green House.
“Kami menyesuaikan dengan tema. Menurut kami saat pandemi seperti sekarang ini menuntut kita untuk lebih banyak beraktivitas di rumah. Disamping itu, kami memahami populasi manusia selalu meningkat tiap tahun, namun luas lahan semakin berkurang. Inovasi kami hadir untuk menjawab tantangan tersebut”, jelas Syamsuri.
Disebutkan pula oleh Syamsuri bahwa inovasi yang digagasnya bersama tim membawa dampak yang signifikan kepada masyarakat. Mempermudah lokasi bertani, budidaya tanpa memperdulikan musim, dan pemantauan melalui smartphone dan komputer untuk memantau tanaman merupakan serangkaian manfaat dari inovasi tersebut.
Baca Juga : Kolaborasi Dosen UB Kembangkan ISAMS, Sistem Monitoring Pertanian Cerdas
“Kami menawarkan teknologi mandiri, dimana perkembangan tanaman dapat dipantau dengan menggunakan komputer maupun smartphone. Kondisi air, suhu, pupuk dan yang berkaitan dengan tanaman dan dilakukan secara otomatis”, sebutnya.
Untuk memantau pengaturan waktu penyiraman, pemberian pupuk, pengaturan suhu ruangan dan pengatur kebutuhan sinar ultraviolet tanaman. “Agar tanaman dapat dapat tumbuh dengan baik maka diperlukan penyiraman secara teratur setiap harinya. Pada smart gren house ini penyiraman tanaman dilakukan secara otomatis sesuai dengan jadwal penyiraman yang diinginkan. Selain penyiraman, smart green house ini juga menggunakan sensor suhu dan kelembaban untuk menjaga kondisi tanaman di dalam ruangan”, ujar Syamsuri.
Adapun keunggulan dari smart green house tersebut adalah dapat digunakan di lahan sempit. Didukung dengan teknologi yang dirancang oleh Syamsuri dan timnya, masyarakat dapat menanam tanaman pangan di lahan sempit dan pekarangan rumah.
“Kami menggunakan teknologi atap yang dapat menyesuaikan dengan cahaya matahari. Jika kekurangan cahaya matahari maka akan menggunakan sinar ultraviolet. Selain itu kita terapkan sistem pengairan otomatis dan sensor. Kita menggunakan dua energi sekaligus yaitu energi listrik biasa dan yang berasal dari panel surya”, kata Syamsuri.
Dengan adanya inovasi teknologi penanaman lahan sempit ini mereka berharap produk tersebut dapat diwiujudkan dalam bentuk prototipe untuk dapat diuji dan dievaluasi agar kedepannya dapat dikomersialisasi sehingga dapat digunakan oleh masyarakat luas. (ira)
Tonton video menarik ini: