Home Biodiversitas Fakta Populasi Vertebrata Global, Anjlok Hingga Dua Per Tiga

Fakta Populasi Vertebrata Global, Anjlok Hingga Dua Per Tiga

Agrozine.id – Populasi spesies hewan vertebrata seperti mamalia, reptil, burung, amfibi dan ikan telah anjlok lebih dari dua per tiga selama 50 tahun terakhir akibat bencana. Fakta populasi vertebrata global ini diungkap oleh World Wildlife Fund (WWF) dalam sebuah publikasi terbaru tentang pentingnya keanekaragaman hayati.

“Kehilangan alam dan keanekaragaman hayati sangat serius sehingga menimbulkan dampak bencana, tidak hanya pada populasi satwa liar, tetapi juga pada kesehatan manusia dan semua aspek kehidupan kita”, kata Marco Lambertini, Direktur Jenderal WWF.

Ditambahkan olehnya bahwa saat ini alam sedang terurai dan saat ini bumi sedang memberikan tanda peringatan merah dari kegagalan sistem bumi. Berdasarkan laporan dari Living Planet Index (LPI) yang mengukur keadaan keanekaragaman hayati dunia diyakini bahwa faktor-faktor yang diyakini meningkatkan kerentanan planet terhadap pandemi juga merupakan faktor pendorong di balik penurunan rata-rata 68 persen dalam populasi global spesies vertebrata antara tahun 1970 dan 2016. Sebagian besar kerugian terlihat pada spesies amfibi, reptil dan ikan air tawar terkonsentrasi di Amerika Latin dan Karibia.

Baca Juga: Pohon Berbunga Putih Tingkatkan Keanekaragaman Kumbang di Hutan Tropis

Hal ini dilaporkan oleh WWF:

  • Spesies yang lebih besar (memiliki ukuran lebih dari 30 kg) menghadapi tingkat eksploitasi berlebihan yang lebih besar daripada makhluk yang lebih kecil. Misalnya ikan sturgeon dan ikan lele raksasa Mekong, lumba-lumba sungai, berang-berang dan kuda nil.
  • Ada dua kali lebih banyak kepunahan tumbuhan yang didokumentasikan sebagai gabungan kepunahan mamalia, burung dan amfibi.
  • Laut berada dalam resiko akibat tekanan termasuk penangkapan ikan yang berlebihan, polusi dan pembangunan pesisir
  • Tanah menampung salah satu reservior keanekaragaman hayati terbesar di bumi, hingga 90 persen orgnisme hidup di ekosistem darat menghabiskan sebagian dari siklus hidupnya di habitat tanah

Data yang ditunjukkan dalam laporan WWF ini menunjukkan bagaimana penurunan keanekaragaman hayati tersebar secara tidak merata di seluruh dunia. Penurunan hingga 94 persen di LPI di sub kawasan tropis Amerika adalah hasil paling mencolok yang diamati di wilayah mana pun. Hal tersebut disebabkan oleh konversi padang rumput, sabana, hutan dan lahan basah untuk penggunaan pertanian serta eksploitasi berlebihan spesies, perubahan iklim dan masuknya spesies asing/invasif.

Sistem pangan yang tidak berkelanjutan adalah inti dari hilangnya keanekaragaman hayati. Laporan tersebut menetapkan tahun 2030 sebagai tenggat waktu untuk membalikkan tren ini dan mengubah pasokan dan permintaan makanan, termasuk mengubah perilaku konsumen ke arah keputusan diet yang lebih sehat dan ramah lingkungan.

Baca Juga: KEHATI Award 2020 Ajang Untuk Para Pahlawan Keanekaragaman 
Hayati dan Lingkungan Indonesia

Jika dunia melanjutkan pendekatan bisnis, tingkat hilangnya keanekaragaman hayati saat ini akan terus berlanjut selama beberapa tahun mendatang, disebutkan dalam laporan tersebut.

“The Living Planet Report 2020 menggarisbawahi bagaimana peningkatan kerusakan alam oleh umat manusia memiliki dampak bencana, tidak hanya pada populasi satwa liar, tetapi juga pada kesehatan manusia dan semua aspek kehidupan kita”, jelas Lambertini.

Baca Juga: Hotspot Keanekaragaman Hayati Tropis: Lingkungan Ekstrim Berpotensi 
Munculkan Spesies Baru

LPI melacak hampir 20.811 populasi dengan 4392 spesies vertebrata antara tahun 1970 dan 2016 juga menunjukkan bahwa populasi satwa liar yang ditemukan di habitat air tawar telah menurun 84 persen, turun rata-rata 4 persen setiap tahun sejak tahun 1970. Salah satu contoh dari Sungai Yangtze di China adalah populasi pemijahan dari sturgeon Cina yang pada tahun 2015 berkurang menjadi hanya 3 persen dari tahun 1982 karena pembendungan jalur air.

Andrew Terry, direktur konservasi ZSL ,mengatakan bahwa tanpa perubahan signifikan tingkat kepunahan satwa liar akan terus meningkat dan populasi vertebrata global akan semakin menurun. Meski begitu, ia mengungkapkan optimisme. “Dengan komitmen, investasi dan keahlian, tren ini bisa dibalik”, kata Terry. The Living Planet Report 2020 datang kurang dari seminggu sebelum sesi ke-75 Sidang umum PBB, ketika para pemimpin diharapkan meninjau kemajuan untuk mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan, Perjanjian Paris tentang perubahan iklim dan Konvensi Keanekaragaman Hayati (CBD). (ira)

 

Tonton video menarik ini:

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here