Interpretasi Potensi di Taman Wisata Alam Pananjung Pangandaran

    Taman Wisata Alam Pananjung

    Agrozine.id – Wisata di daerah Pangandaran dikenal dengan keindahan pantainya. Namun, apakah kamu tahu? Tidak jauh dari pantai, terdapat kawasan yang tak kalah indahnya. Ya, lokasi tersebut yaitu Taman Wisata Alam Pananjung Pangandaran.

    Taman Wisata Alam Pananjung (TWA Pananjung) terletak berhimpitan dengan kawasan konservasi Cagar Alam Pananjung Pangandaran. Sehingga perlu adanya interpretasi alam untuk tujuan konservasi atau melindungi sumberdaya alam yang ada.

    Taman Wisata Alam Pananjung

    Kawasan TWA Pananjung memiliki obyek dan daya tarik wisata yang beragam dan bervariasi seperti flora,  fauna, fenomena alam, dan juga budayanya. Nah, melalui penelitian yang dilakukan oleh Weldy Setiawan Hariyadi dapat diketahui potensi-potensi objek interpretasi alam untuk pendidikan konservasi  di Kawasan Taman Wisata Alam Pananjung Pangandaran.

    Baca Juga : Taman Wisata Perairan (TWP) Pulau Pieh Jadi Kawasan Konservasi Mamalia Laut

    Weldy sapaan akrab lulusan Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan, Fakultas Kehutanan UGM ini mengatakan untuk melakukan interpretasi perlu dilakukan eksplorasi kawasan untuk menilai dan menginventarisasikan potensi objek-objek yang unik dan bernilai konservasi.

    Taman Wisata Alam Pananjung Pangandaran menyajikan objek dan daya tarik wisata alam yang  menarik untuk dinikmati. Di samping bernilai rekreatif, objek dan daya tarik wisata alam yang disajikan juga bernilai untuk pendidikan konservasi kepada pengunjung yang datang ke kawasan TWA Pananjung ini.

    Namun yang menjadi masalahnya adalah potensi sumberdaya alam yang dimiliki oleh TWA Pananjung Pangandaran belum dioptimalkan untuk kegiatan interpretasi alam.  Hal ini dikarenakan  masih cukup banyak pengunjung yang belum mengetahui potensi-potensi sumberdaya alam yang ada di TWA Pananjung Pangandaran. Selain itu juga masih banyak pengunjung yang melanggar aturan di kawasan TWA Pananjung seperti memberi makan satwa liar, membuang sampah sembarangan, dan berburu.

    Oleh sebab itu, Weldy berharap dengan adanya kegiatan interpretasi alam dari objek-objek yang ada  di kawasan TWA Pananjung Pangandaran dapat digunakan sebagai media pendidikan konservasi kepada pengunjung.

    Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh pria asal Bandungan Semarang ini, Kawasan Taman Wisata Alam Pananjung Pangandaran memiliki potensi sumber  daya  alam  dan  budaya  yang  dapat  dijadikan  sebagai  bahan kegiatan interpretasi alam. Adapun potensi tersebut yaitu 14 jenis flora yang statusnya langka seperti Kondang (Ficus variegata), Kibarera (Tetrastigma sp.), Rafflesia (Raflfesia patma),   Kiara koneng  (Ficus  annulata), Tongtolok (Pterocymbium tinctorium), dan sebagainya.

    Taman Wisata Alam Pananjung

    Kemudian terdapat 9 jenis potensi fauna yang dapat dijadikan sebagai objek interpretatif untuk  pendidikan  konservasi  karena  ciri khasnya, statusnya  yang langka  dan jumlahnya di alam  menurun  yaitu Rusa (Rusa timorensis), Landak Jawa (Hystrix javanica),  Kubung  Sunda (Galeopterus  variegatus),  Lutung  Jawa  (Trachypithecus auratus), Jelarang (Ratufa bicolor), Biawak air  (Varanus  salvator),  Elang hitam (Ictinaetus malaiensis), dan sebagainya.

    Taman Wisata Alam Pananjung

    Selain flora dan fauna, terdapat juga fenomena alam seperti stalactite & stalacmite, Gua Panggung,  Gua Keramat,  Gua  Sumur  Mudal,  Gua Lanang,  dan Gua Miring. Serta beberapa situs budaya seperti petilasan Embah Jaga Lautan, Petilasan  Syech Ahmad  & Syech Muhammad, mata air Gua Rengganis, Gua Jepang, dan Situs Batu Kalde, serta satu seni budaya di Desa Pangandaran yaitu Hajat Laut.

    Kegiatan interpretasi ini sangat dibutuhkan untuk mendukung upaya konservasi alam dan lingkungan. Pengunjung akan diajak untuk lebih memahami  tentang  keanekaragaman hayati, seperti flora dan fauna, serta situs-situs budaya yang terdapat di Taman Wisata Alam Pananjung Pangandaran.

    Dari hasil potensi tersebut, kemudian dapat disusun jalur interpretasi. Weldy menyusunnya berdasarkan dari objek-objek interpretatif,  yang  memiliki  panjang  sekitar  2,7 km  dengan estimasi waktu selama 2 – 3,5 jam. Pada jalur ini terdapat 33 potensi objek interpretatif. (ran)

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here