Home Kelautan Menteri KKP Ungkap Potensi Kelautan & Perikanan Indonesia (2)

Menteri KKP Ungkap Potensi Kelautan & Perikanan Indonesia (2)

Sumber: asiamedia.lmu.edu

Agrozine.id – Kementerian Kelautan & Perikanan (KKP) Republik Indonesia sudah bisa mengaplikasikan teknologi monitoring dari satelit. Kapal penangkap ikan semua termonitor di sini. Nanti, Kementerian Kelautan & Perikanan bekerja sama juga dengan Spain untuk kapal pengawas dan juga sekaligus bisa mengawasi underwater. Bisa dilihat langsung, ini kapal apa, menangkap apa, dan seterusnya.

Ada banyak goal yang akan dicapai. Jadi, tidak hanya soal ikan. Ikan sendiri tidak selesai sebetulnya karena ikan sendiri berbagai macam jenis, lalu ada lima yang kita ingin kuasai untuk Indonesia bisa menjadi champion di masanya karena siapa pun, bukan hanya luar, tapi termasuk di dalam negeri juga kebutuhannya sangat tinggi. Konsumsi ikan dalam negeri saja sudah mencapai 13 juta ton setiap tahunnya. Bahkan, itu juga masih ada yang impor, seperti salmon, lalu kemudian ikan sarden atau ikan salem. Kebutuhan ikan-ikan lokal, seperti tongkol dan lain sebagainya masih bagus sehingga harus kita jaga. Itu kalau dari sisi sektor perikanan. Selanjutnya, sektor pariwisata laut juga banyak sekali. Pariwisata laut yang boleh dilaksanakan di wilayah sini nanti ocean big data itu yang akan bisa memberikan informasi yang lebih lengkap.

Sebelumnya, Kementerian Kelautan dan Perikanan bekerja sama dengan Denmark untuk meluncurkan nano satellite. Tahun ini akan diluncurkan untuk bisa memonitor setiap jam, situasi yang terjadi, baik di lautan maupun di dalam laut. Kemudian juga misalnya siapa yang membuang sampah plastik di laut, kapal niaga atau kapal angkutan mana yang membuang kotoran atau oil spill, dan lain sebagainya bisa dimonitor.  Kementerian Kelautan  dan Perikanan akan menjamin bahwa ikan Indonesia dalam kurun waktu yang akan datang bisa di-track, berasal dari laut mana, jenisnya apa. Nanti akan menuju ke sana dengan ocean big data ini.

Selanjutnya, mengenai regulasi penangkapan ikan terukur berbasis kuota. Jadi, ke depan seluruh kapal penangkap ikan, baik itu kapal penangkap ikan milik masyarakat nelayan maupun industri harus dipasang alat yang bisa dimonitor seberapa besar, seberapa banyak, dan berapa jenis ikan yang ditangkap. Tujuannya untuk memonitor jumlah perikanan kita setiap tahun yang diambil apa, lalu yang kedua nanti kita bisa mendekatkan keinginan pasar, baik untuk kepentingan lokal maupun untuk kepentingan internasional. Misalnya yang dibutuhkan jenis ikan kakap, jangan menangkap yang lain supaya tidak overfishing.

Untuk nelayan-nelayan lokal, pemerintah yang akan intervensi. Akhirnya pemerintah akan memberikan banyak bantuan, termasuk bahan bakar dan lain sebagainya. Ini sudah terjadi, tetapi untuk yang nelayan industri tentu mereka harus investasi, itu salah satunya.

Terkait investasi di Kelautan dan Perikanan yang berkelanjutan dan bagaimana juga aspek visibility-nya secara ekonomi dan kebiayaan, yang menarik sebetulnya di processing sama di aquaculture ya. Kita punya sejarah yang kurang baik di masa lalu soal aquaculture, cenderung sembarangan karena cara berpikir kita itu masih pola-pola tradisional. Jadi, aquaculture tidak memenuhi standar aquaculture yang benar, tetapi di negara-negara maju, aquaculture itu dilakukan riset. Oleh karena itu, kita undang perguruan tinggi untuk kemudian selalu intens bicara dengan perguruan tinggi karena perguruan tinggi adalah sumber riset yang paling murah. Jadi, salah kalau kita tidak melibatkan perguruan tinggi sebagai partner. Jadi, kita produksi regulasi, kita mengamati apa yang terjadi di dunia atau kebutuhan masyarakat, lalu kemudian bagaimana supaya kita bisa lebih baik di dalam proses produksi dan lain sebagainya.  Kita libatkan perguruan tinggi untuk melakukan riset-riset. Selanjutnya, kita membuat regulasi-regulasi demi kepentingan para stakeholder.

Jadi, yang pertama tujuan Kementerian Kelautan dan Perikanan adalah nelayan sejahtera, itu pasti. Ada 140 juta yang hidup di wilayah pesisir. Itulah makanya KKP mengundang Mendagri untuk mendapat support juga dari beliau. KKP juga membuatkan modeling, salah satunya adalah bagaimana para nelayan di wilayah pesisir itu menjadi masyarakat sangat produktif, tidak ngawur cara pengambilannya, tetapi mereka bisa sejahtera.

Intervensi pemerintah adalah dengan membangun kampung-kampung nelayan modern, seperti yang di Binyeri. Jadi, lengkap di situ, ada dermaga yang layak dermaganya, lalu ada pabrik es, ada cold storage, ada balai pelatihan, lalu kemudian ada kulinernya juga, dan ada tempat pelelangan, dan seterusnya. Kita bisa bangun seperti di Jepang. Ada kulinerinya, jadi tidak bau dan masyarakatnya juga ikut terlibat dengan baik. Kebersihan dijaga sekali oleh masyarakat setempat. Bahkan, ada yang foto-foto untuk wedding. Ada unsur pariwisatanya juga di situ dan ini model yang KKP buat.

Jadi, selain regulasi yang dibuat, dibuatkan model supaya nanti kemudian KKP bisa integrasi dengan beberapa kemitraan yang bisa dibangun hal seperti ini di seluruh wilayah pesisir Indonesia. Dengan demikian, mereka akan menjadi produktif. Di belakangnya dihadirkan investor untuk untuk menerima semua hasil produksi para nelayan tersebut untuk dilakukan proses yang baik dan bisa digunakan untuk kepentingan dalam negeri maupun untuk kepentingan ekspor.

Selanjutnya adalah budidaya. Budidaya kita masih sangat tradisional. Kemudian, kita juga buat model, seperti udang di Kebumen. Cara berbudidaya yang benar itu harus memenuhi beberapa standar, di antaranya harus dipastikan bahwa tidak boleh ada penyakit yang ada di dalam. Salah satu model yang kita bangun di Kebumen, yaitu udang vaname. Kalau dulu tidak ada seperti ini. Ini tidak sederhana karena ada intake-nya yang dijamin bahwa airnya bersih, lalu ada outflow-nya yang dipastikan bahwa dia tidak langsung masuk ke laut, tetapi diproses dulu melalui instalasi pengolahan limbahnya sehingga air yang kembali ke laut betul-betul sudah air yang sangat bersih. Model ini dikembangkan supaya para investor, khususnya investor di tambak itu bisa mencontoh yang ini sehingga kasus yang bertahun-tahun yang lalu gagal dan sebagainya Itu bisa dihindari. Dari model ini, kita lihat juga dari segi keekonomian sini sudah jelas menimbulkan output peningkatan ekspor udang menjadi 2,1 miliar USD.

Sekarang ini boleh dibilang hampir 70% ekspor produk perikanan kita ini lebih banyak ke Amerika, ke Eropa Belum. Namun, kita impor dari Eropa, khususnya salmon itu banyak. Mengapa belum ekspor ke sana? Tentu kita belum memenuhi standar yang baik. Inilah yang menjadi tantangan kita. Kemudian, kita buat modeling-modeling tersebut. Pemerintah harus hadir lebih dulu. Nanti, kalau pemerintah sudah hadir, mau tidak mau pasti investor akan ikut. (das)

Yuk Sobat, Tonton Video Menarik Ini:

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here