Agrozine.id – Kawasan pesisir selatan Pulau Jawa dikenal dengan ombak yang besar, salinitas tinggi, dan sedimen beragam. Sehingga, konservasi karbon merupakan salah satu tindakan penting dalam upaya rehabilitasi pesisir. Maka dari itu, Dr. Budiadi, S.Hut., M.Agr.Sc., salah satu dosen Fakultas Kehutanan UGM melakukan penelitian terkait pendugaan simpanan karbon pada kawasan rehabilitasi pesisir selatan Pulau Jawa.
Ekosistem pesisir sangat potensial untuk peningkatan serapan karbon terkait upaya mitigasi perubahan iklim global yang dikenal sebagai blue carbon atau karbon biru. Jika tidak dilakukan pengelolaan yang baik, kawasan tersebut rentan terdegradasi dan justru berubah menjadi penyumbang emisi karbon.
Baca juga: Pendugaan Biomassa dan Simpanan Karbon di Kawasan Hutan Lindung Tampomas
Secara umum di wilayah pesisir selatan Jawa dibutuhkan hutan mangrove dan hutan pantai yang baik untuk perlindungan ekosistem perairan dan daratan, sekaligus untuk penyimpanan karbon untuk mendukung mitigasi perubahan iklim.
Untuk mengetahui peran rehabilitasi mangrove dan pantai dalam penyimpanan karbon, maka diperlukan pengukuran nilai cadangan karbon dalam biomasa dan di dalam tanah hingga mencapai umur tegakan tertentu pasca dilaksanakan rehabilitasi. Hal ini dilakukan sebagai upaya konservasi untuk menghindari hilangnya cadangan karbon pada ekosistem yang terdegradasi ke atmosfer dan lautan.
Penelitian pendugaan simpanan karbon yang termuat dalam Jurnal Ilmu Kehutanan 14 (2020) tersebut dilakukan pada areal pesisir yang terdiri dari tapak tergenang (tegakan mangrove jenis Avicennia, Rhizophora, dan campuran, lahan sedimen, rumput, dan tapak kering berpasir tegakan Casuarina equisetifolia.
Biomasa dan karbon tersimpan pada pohon dihitung dengan menggunakan persamaan alometrik melalui pengukuran diameter, tinggi dan berat jenis kayu. Ketiga parameter tersebut digunakan sebagai variable karena biomasa dan karbon tersimpan pada setiap bagian pohon meningkat seiring bertambahnya diameter batang.
Hasil penelitian menunjukkan, perkiraan total karbon tersimpan adalah 248.52 (±87.21) Mg C/ha, dengan terendah pada tegakan Casuarina equisetifolia (94.46 Mg C/ha) dan tertinggi pada tegakan mangrove campuran (324.77 Mg C/ha).
Rehabilitasi pesisir berpeluang meningkatkan simpanan karbon ekosistem karena adanya adanya biomasa pohon, dibandingkan tapak terbuka yakni lahan sedimen dam rumput. Pada tapak tergenang/tegakan mangrove sebagian besar simpanan karbon berupa karbon organik tanah. Namun, di tegakan Casuarina equisetifolia ditemukan lebih sedikit.
Baca juga: Truterra Luncurkan TruCarbon, Program Penjualan Kredit Karbon
Penelitian ini menunjukkan bahwa potensi simpanan karbon pada lahan pesisir selatan Pulau Jawa relatif besar, namun terdapat variasi kondisi yang besar antar tapak. Pada tapak basah, dimungkinkan karbon tersimpan lebih besar daripada yang diperkirakan melalui penelitian ini, karena pendugaan hanya dilakukan hingga kedalaman 60 cm saja.
Status simpanan karbon yang berbeda pada kelompok berbagai tapak (khususnya lahan basah/tergenang dan tanah kering berpasir) tersebut membutuhkan perhatian yang seksama dalam penanganan dan pelestariannya. (ran)
Tonton video menarik ini: