Agrozine.id – Sapi bali adalah ternak asli dari Indonesia yang memiliki persentase karkas yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan jenis sapi lokal lainnya. Sapi bali memiliki produktivitas yang tinggi sehingga daging yang dihasilkan pun akan lebih tinggi. Namun pada kenyataan di lapangan, produktivitas dan nilai sapi bali dipengaruhi oleh kelompok umur. Hal tersebut lah yang menjadi ide dasar Muhammad Milzam Ramadhan melakukan penelitian mengenai produktivitas sapi bali.
Dalam penelitiannya, Milzam menggunakan sebanyak 16 ekor sapi bali sebagai sampel yang akan dipotong pada saat hari raya Idul Adha. Dalam penelitiannya, beberapa komponen yang diukur untuk mengetahui produktivitas sapi bali adalah pengukuran bobot potong, bobot dan persentase karkas, komponen karkas (daging dan tulang) dan komponen non karkas dan nilai sapi pada kelompok umur yang berbeda.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai sapi bali dipengaruhi pada kelompok umur yang berbeda. Persentase kulit merupakan satu-satunya komponen yang menunjukkan hasil berbeda nyata pada kelompok umur yang berbeda, sedangkan untuk komponen lainnya seperti karkas tidak menunjukkan hasil yang berbeda secara signifikan pada kelompok umur yang berbeda.
Hal tersebut dikarenakan karkas lebih didominasi oleh bobot tubuh dan ukuran kondisi tubuh ternak dan hanya sedikit dipengaruhi oleh faktor umur. Komponen lain yang diukur adalah persentase non karkas yang terdiri dari kepala, kulit basah, keempat kaki bawah, isi offal hijau dan offal merah.
Hasil pengukuran menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata pada bobot kepala, offal hijau, offal merah dan persentase kepala pada sapi bali yang berbeda umur. Perbedaan nyata hanya pada persentase kulit. Secara umum, peningkatan bobot sapi bali pada umur yang lebih tua dibandingkan dengan umur sapi yang mudah disebabkan karena adanya peningkatan persentase lemak pada tubuh.
Penentuan nilai sapi bali yang dihitung berdasarkan hewan hidup, karkas dan non karkas serta komponen karkas dan non karkas diperoleh dengan menghitung bobot sapi yang disesuaikan dengan harga per kilogramnya.
Nilai akan semakin tinggi apabila sapi divaluasi dalam bentuk masing-masing komponen karkas dan non karkas. Nilai tambah tertinggi ini akan diperoleh karena masing-masing komponen karkas dan non karkas memiliki harga sendiri yang dihitung per kilogram dan disebabkan oleh adanya aktivitas tambahan dari proses produksi yaitu pemotongan karkas dan non karkas yang utuh menjadi komponen-komponen tersendiri.
Produktivitas dan nilai sapi bali dipengaruhi oleh berbagai faktor termasuk komponen karkas dan non karkas yang diperoleh pada saat pemotongan sapi. Untuk meningkatkan produktivitas dan nilai pada sapi bali ini maka diperlukan adanya pemberian pakan yang cukup dan pengukuran masing-masing komponen secara terpisah. (ira)
Tonton video menarik ini: