Agrozine.id – Salah satu faktor utama yang mempengaruhi produktivitas pertanian adalah kualitas tanah. Sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas tanah, salah satu caranya yaitu dengan memberikan pupuk. Melihat hal tersebut, Pusat Penelitian (Puslit) Agri-Pangan dan Bioteknologi ITS melakukan penelitian terkait biofertilizer ramah lingkungan yang berpotensi meningkatkan kesuburan tanah dan kualitas tanaman.
Menurut Kepala Puslit Agri-Pangan dan Bioteknologi ITS, Dr rer nat Ir Maya Shovitri MSi, biofertilizer merupakan jenis pupuk yang mengandung berbagai mikroorganisme. Penggunaan mikroorganisme untuk meningkatkan kesuburan tanah sendiri dinilai Maya lebih ramah lingkungan daripada penerapan metode ekstensifikasi dan intensifikasi lahan.
Dengan menggunakan biofertilizer yang ramah lingkungan tersebut tentunya akan sangat menguntungkan. Tidak hanya untuk tanaman itu sendiri, namun juga untuk mikroorganisme dalam tanah.
Tanaman dapat memproduksi berbagai zat yang dibutuhkan oleh mikroorganisme, sementara mikroorganisme memproduksi zat kimia yang diperlukan tanaman, seperti nitrogen, potasium, dan fosfat.
“Kita tidak membutuhkan zat kimia tambahan untuk tanah di sekitar tanaman,” ujar Maya yang juga selaku dosen Departemen Biologi ITS tersebut.
Baca juga:Pengaruh Dosis Pupuk Fosfat Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Panen Jagung Hibrida
Ia menjelaskan, Biofertilizer yang dibuat Puslit Agri-Pangan dan Bioteknologi ITS menggunakan mikroba dari jenis Pseudomonas, Azotobacter, dan Bacillus. Keenam mikroba tersebut memiliki kemampuan melarutkan nitrogen, potasium, dan fosfat serta mampu memproduksi auksin.
Lebih lanjut, Maya mengungkapkan, hasil pengujian menunjukkan keenam mikroba tersebut mampu hidup bersamaan di dalam tanah. Selain itu, Ia menerangkan bahwa dilakukan pengujian biofertilizer pada sampel tanah yang ditanami jagung manis. Pengujian dilakukan dengan variasi pencampuran tiga bakteri dan enam bakteri.
Hasil pengujian menunjukkan bahwa biofertilizer hasil pencampuran enam bakteri memiliki hasil yang lebih baik daripada biofertilizer dengan tiga bakteri. “Hal ini ditinjau dari pengukuran lima parameter yaitu berat tanaman, diameter batang, jumlah daun, berat kering, dan tongkol jagung,” paparnya dalam acara Guest Lecture Series on SDGs, beberapa waktu lalu.
Baca juga:Cara Membuat Pupuk Organik dari Buah Maja
Dengan adanya penelitian terkait biofertilizer tersebut, Maya berharap kedepannya dapat dijadikan acuan dalam penelitian untuk meningkatkan performa biofertilizer melalui penambahan sedikit dosis, mencoba untuk mendeteksi perbedaan konsorsium di dalam tanah sekitar rizosphere, dan berhasil menyediakan biofertilizer kering.
Ia menegaskan, tujuan penelitian ini ialah untuk mendapatkan biofertilizer premium yang nantinya dapat dikeringkan. (ran)
Tonton video menarik ini: