Agrozine – Semut peluru tergolong serangga dari genus Paraponera, salah satu spesies semut terbesar di dunia. Semut peluru mempunyai nama latin Paraponera clavata. Dinamakan “Semut Peluru” karena mempunyai sengatan yang sangat kuat, rasanya seperti ditembak dengan peluru.
Spesies semut ini hidup di hutan hujan tropis di dataran rendah yang lembap dari selatan Nikaragua sampai Paraguay. Oleh penduduk setempat semut ini disebut “Hormiga Veinticuatro” atau “Semut 24 Jam” karena dari rasa sakit gigitannya terasa selama 24 jam.
Ukuran panjang semut peluru bisa mencapai 3 cm. Semut pekerjanya berukuran 18-25 milimeter dan warnanya agak hitam kecokelatan. Semut ratu tubuhnya lebih besar dan hanya mampu memproduksi telur saja. Kaki bagian depan berwarna keemasan. Badan dan kakinya berbulu. Tubuh semut ini mirip seperti tawon tanpa sayap.
Koloni semut peluru terdiri dari beberapa ratus ekor dan biasanya terletak di dasar pohon. Semut ini berburu secara individu di atas pohon dan di sekitar sarangnya. Semut pekerja berada dekat sarang untuk menjaga para semut kecil dan mengambil nektar hingga sampai ke ujung pohon. Semut pekerja membawa nektar menggunakan rahangnya dan dibawa ke sarang untuk makanan para bayinya.
Semut ini memilikii racun yang kuat sehingga dapat melumpuhkan mangsanya. Rasa sakit yang disebabkan oleh gigitan semut ini konon lebih besar daripada serangga Hymenoptera lainnya. Semut ini menduduki ranking teratas dalam Schimdt Pain Index, yaitu sebuah daftar berisi serangga dengan sengatan tersakit di dunia. Justin Schmidt, ilmuwan yang menciptakan daftar tersebut, menggambarkan rasa sakit akibat sengatannya seperti “berjalan di atas batu bara panas dengan paku besar tertancap di telapak kaki”. Rasa sakitnya bisa berlangsung selama 24 jam.
Ngerinya, ketika satu semut peluru menyengat, teman-temannya akan ikut menyengat si korban bersama-sama. Sebelum menyengat, semut ini akan mengeluarkan bau sebagai peringatan bagi si pengganggu untuk tidak mendekat. Bau tersebut juga sekaligus alarm bagi koloninya untuk ikut waspada dan siap menyengat. Selain bau, semut ini juga akan mengeluarkan suara seperti jeritan untuk memperingatkan teman-temannya saat ada bahaya mengancam.
Namun, ternyata ada yang berani menantang sengatan semut berbahaya ini, yaitu suku Satere-Mawe di dalam pedalaman hutan Amazon. Para remajanya yang mengikuti ritual kedewasaan harus memasukkan tangan ke dalam sarung tangan yang sudah diisi semut peluru tersebut selama 10 menit sampai 20 kali. Mereka harus menderita karena tersengat oleh semut tanpa berteriak.
Setelah selesai, bagian lengan para remaja tersebut langsung lumpuh sementara karena racun semut ini. Mereka akan merasakan luka bakar di sekujur tubuh selama 24 jam sampai-sampai tubuhnya goyah dan lemah bagi yang pertahanan tubuhnya lemah atau tidak dalam keadaan fit. Untuk mengobati akibat gigitan semut ini dalam keadaan darurat bisa dikompres menggunakan air es dingin.
Dengan sengatan luar biasa menyakitkan, mungkin tidak ada hewan lain yang berani mengganggu semut ini. Lalu, adakah hewan yang menjadi musuh mereka? Ada, sesama semut peluru juga dari koloni lain. Selain itu, ada pula lalat Apocephalus paraponerae yang bisa menginfeksi semut pekerja yang terluka dengan menyuntikkan telurnya ke dalam luka tersebut. Luka itu berasal dari perkelahian dengan sesama semut peluru.
Demikianlah informasi tentang semut peluru. Semoga bermanfaat, tetap semangat dalam belajar dan berbudidaya. Semoga sukses! (das)
Yuk Sobat, Tonton Video Menarik Ini: