Home Kampus Sharfina Elda : Staff Post Release Monitoring BOS Foundation, Passion Bekerja di...

Sharfina Elda : Staff Post Release Monitoring BOS Foundation, Passion Bekerja di NGO

Agrozine.id – Dalam artikel ini kita akan mengenal lebih dalam sosok Sharfina Elda, lulusan Fakultas Kehutanan IPB University yang saat ini bekerja sebagai Staff Post Release Monitoring sekaligus Koordinator Camp Juq Kehje Swen di PT RHOI BOS Foundation. Elda sapaan akrab perempuan yang hobby berpetualang ini mulai bekerja di BOS Foundation sejak Juli 2020.

Di Camp Juq Kehje Swen PT RHOI BOS Foundation, Elda adalah satu-satunya staf wanita. Bekerja di NGO diakui Elda adalah cita-cita dan passionnya. Selain itu latar belakang pendidikannya yang sesuai dengan bidang pekerjaan ini menjadi faktor pendukung yang semakin meyakinkan dirinya untuk bekerja di NGO yang bergerak di bidang lingkungan atau konservasi satwa liar.

“Saya sudah mengenal dan tertarik dengan NGO yang bergerak di bidang lingkungan jauh sebelum kuliah, karena saat itu saya tahu jika bekerja di NGO kedepannya saya akan berkegiatan atau bekerja di lapangan, bahkan ke kawasan yang jarang didatangi oleh manusia, tidak di kantor terus”, ujar Elda.

Kegiatan monitoring orangutan di lapangan

Ditambahkan Elda, hobi jalan-jalan atau berpetualang ke tempat-tempat baru juga menjadi salah satu faktor ia menyukai pekerjaan di NGO. “Saat kuliah saya semakin banyak tahu tentang NGO yang bergerak di bidang lingkungan, kehutanan dan konservasi karena hal-hal tersebut berkaitan dengan ilmu yang saya pelajari di bidang Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata. Saat kuliah juga saya semakin tahu kalau saya tertarik dengan NGO di bidang lingkungan hidup, ekologi satwa liar dan ekowisata. Sejak saat itu saya semakin menggali informasi tentang NGO”, imbuhnya.

Selain sudah menjadi passion yang dimilikinya sejak lama, Elda mengaku proses perkuliahan dan pengalaman yang ia dapatkan selama belajar di Fakultas Kehutanan IPB University sangat berperan dalam membentuk keinginan dan passionya untuk bekerja di NGO.

Diakui Elda setelah mendapatkan Surat Keterangan Lulus (SKL) dari kampus, ia sudah mulai mencoba melamar pekerjaan ke beberapa NGO yang bergerak di bidang lingkungan, kehutanan, ekologi satwa liar atau pun ekowisata. “Jarak antara lulus sidang sampai wisuda saya saat itu sekitar 5 bulan. Tapi sejak dapat SKL saya sudah mencoba melamar ke beberapa NGO. Saya mencari tahu dan membuka satu per satu website NGO yang bergerak di bidang lingkungan, kehutanan dan satwa liar. Kalau ada lowongan kerja yang tersedia, saya selalu melamar. Bahkan kadang saya beberapa NGO saya email secara personal untuk menanyakan lowongan pekerjaan berbekal CV, SKL dan Motivation Letter yang sudah saya buat pada saat itu”, kata Elda.

Karena sangat ingin bekerja di NGO, Elda sampai membuat list setiap NGO yang membuka lowongan pekerjaan. “Saya tahu kalau bekerja di NGO, saya akan banyak jalan-jalan ke alam”, ucapnya.

Sempat hampir putus asa dan merasa terlalu idealis dengan pilihannya, Elda mulai goyah dan sempat mencari pekerjaan di bidang lain. Selain itu pengaruh yang ia dapatkan dari orang-orang terdekatnya juga membuatnya semakin goyah dengan keputusan yang sudah dibuatnya. “Saat itu ada kerabat yang nanya, “Kamu kok kekeuh banget pengen kerja sesuai bidang? masih banyak pekerjaan lain, si A,B,C udah kerja dan ngga sesuai bidang fine-fine aja”, ujarnya.

Namun usahanya untuk mencoba beralih dari keputusan awalnya juga tidak kunjung membuahkan hasil yang baik. Ketika merasa sangat putus asa, saat itulah kabar baik menghampiri Elda. Ia mendapat sebuah email dari sebuah NGO yang dilamarnya. “Saat itu dikabarkan bahwa posisi yang saya lamar sudah terisi, tapi saya ditawarkan untuk mengisi posisi yang lain dan saya menyanggupi untuk interview dan tahapan lainnya. Singkat cerita setelah melalui semua tahapan itu saya diterima untuk mengisi posisi tersebut, yaitu pekerjaan saya saat ini di BOS Foundation. Untuk sampai di tahap ini sebenarnya sangat tidak mudah, karena pada saat itu sedang marak kasus Covid-19 dan saya sempat takut kalau tidak akan jadi mendapat pekerjaan ini. Sampai di wisuda bulan Maret lalu saya belum dapat kepastian tentang pekerjaan ini. Tapi awal bulan Juni saya akhirnya dipastikan mendapatkan posisi ini”, imbuhnya.

Elda mengaku sangat menyenangi pekerjaannya dan ia bersyukur orang tuanya juga mengizinkannya untuk bekerja jauh dari rumah. Padahal tidak banyak anak perempuan yang diizinkan oleh orangtuanya untuk bekerja jauh apalagi harus berurusan dengan alam atau hutan. “Tapi orangtua saya tahu kalau saya senang mencari dan mempelajari juga menjelajahi lokasi-lokasi baru”, kata Elda.

Sejak tergabung di PT RHOI BOS Foundation, Elda secara langsung melihat kondisi populasi orang utan di Kalimantan. Sesuai dengan Concern di BOS Foundation, mereka melakukan aktivitas seperti monitoring untuk melihat kondisi orang utan di lapangan dan seperti kita ketahui bersama populasi orang utan baik di Sumatera maupun Kalimantan saat ini masuk dalam status “Critically Endangered” menurut red list IUCN.

Meski menjadi satu-satunya staf wanita di Camp tempatnya bekerja, Elda mengaku senang dan bisa menempatkan diri dengan baik. Elda berharap dengan semakin bertambahnya pengetahuan dan pengalaman yang ia dapat ia bisa berpartisipasi lebih baik di bidang lingkungan, kehutanan dan konservasi.

“Saat saya bekerja di BOS Foundation, bekerja di lapangan, tidak hanya hal-hal baru seputar ilmu pengetahuan saja yang saya dapatkan, namun juga pelajaran tentang hidup, karena sesungguhnya manusia tidak dapat dipisahkan dari alam atau tempat tinggalnya”, pungkas Elda. (ira)

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here