Home Pertanian Solusi Budidaya Padi di Tengah Perubahan Iklim dengan Metode SRI

Solusi Budidaya Padi di Tengah Perubahan Iklim dengan Metode SRI

globalagriculture.org

Agrozine Perubahan iklim merupakan salah satu fenomena global yang patut untuk diwaspadai dan diantisipasi. Dampaknya misalnya kekeringan, tanah longsor, hingga kebakaran hutan. Perlu adanya upaya adaptasi untuk menghadapi perubahan iklim ini, termasuk bagi sektor pertanian, salah satunya di dalam budidaya padi sawah. Oleh karena itu, solusi budidaya padi di tengah perubahan iklim global perlu diupayakan.

Umumnya petani padi di Indonesia masih mengandalkan genangan air dalam budidaya padi di sawah. Padahal, hal ini dapat menyebabkan emisi gas rumah kaca dan gas metan yang dapat mengurangi kadar oksigen di atmosfer.

Kabar baiknya, ada solusi untuk mengatasi hal itu. Dr Chusnul Arif, Dosen IPB University dari Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan, Fakultas Teknologi Pertanian, mengungkapkan bahwa metode System of Rice Intensification (SRI) bisa menjadi solusi atas hal tersebut. Beliau telah mempelajari dan mempublikasi terkait metode SRI sejak tahun 2008. Sistem SRI mulai diperkenalkan di Madagaskar untuk membudidayakan padi di lahan yang mengalami kekeringan.

SRI adalah teknik budidaya padi yang mampu meningkatkan produktivitas padi dengan cara mengubah pengelolaan tanaman, tanah, air, dan unsur hara. Metode ini terbukti telah berhasil meningkatkan produktivitas padi sebesar 50%, bahkan di beberapa tempat mencapai lebih dari 100%. Oleh karena itu, metode SRI layak untuk diandalkan sebagai solusi budidaya padi di masa kini.

Dr Chusnul Arif menjelaskan, terdapat enam prinsip di dalam metode SRI, yaitu:

  • Benihnya muda sehingga hanya membutuhkan 7-14 hari dan dapat memotong waktu semai.
  • Padi ditanam dengan jarak agak lebar untuk memberikan ruang tanaman dan anakannya untuk tumbuh.
  • Satu lubang ditanami satu tanaman.
  • Sistem irigasi lebih efektif dengan metode intermiten atau berselang.
  • Penyiangan secara intensif untuk mengurangi gulma sekaligus meningkatkan aerasi tanaman.
  • Sangat direkomendasikan untuk menggunakan pupuk organik untuk menghasilkan produk lebih sehat.

Menurutnya, kelebihan metode ini adalah lebih hemat karena penggunaan benih lebih sedikit. Penghematan air juga bisa sampai 40 persen dan karena kondisinya lebih kering, gas metan atau emisinya dapat dikurangi.

Namun, walau metode ini dinilai prospektif, menurut Dr Chusnul penerapannya di Indonesia masih rendah karena mindset petani masih memilih metode konvensional. Di samping itu, masih terdapat kendala dalam pra pasca panen. Penjualan produk organik biayanya dinilai lebih mahal dan sulit menemukan pasar yang pas.
Kendala lainnya, petani masih menghadapi berbagai masalah teknis infrastruktur pertanian. Mesin yang dapat menanam benih satu per satu dengan lebih cepat masih sulit ditemukan. Mesin untuk mengatasi gulma dengan cepat juga belum ada dan infrastruktur pengairan belum canggih.

Dr Chusnul yakin, jika minimal 25 persen lahan sawah di Indonesia dapat diterapkan metode SRI, dapat meningkatkan produksi beras nasional sehingga bisa swasembada beras. Beliau juga menyarankan bahwa harus ada dukungan dari berbagai pihak, terutama pemerintah dari sisi kebijakan dan infrastruktur.

Menurutnya, perubahan mindset petani juga harus mulai didorong. Perguruan tinggi juga harus bisa menjadi pendamping. Menurutnya, harus ada upaya untuk meningkatkan minat generasi muda untuk terjun ke dalam sektor pertanian agar dapat menjadi penerus pertanian melalui perubahan mindset.

Demikianlah solusi budidaya padi di tengah perubahan iklim global. Semoga bermanfaat dan menambah motivasi kamu untuk bisa berkarya dan bermanfaat bagi alam ini. (das)

Yuk Sobat, Tonton Video Menarik Ini:

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here