Home Kampus Dosen Fakultas Pertanian dan Bisnis UKSW Kembangkan “Smart Farming 4.0”

Dosen Fakultas Pertanian dan Bisnis UKSW Kembangkan “Smart Farming 4.0”

Smart FArming 4.0
Smart farming 4.0 , Hi-Tech Agriculture conceptual, Drone AI automatic

Agrozine.id – Smart Farming 4.0 merupakan sebuah inovasi teknologi yang bergerak dibidang pertanian untuk meningkatkan kualitas dan mutu produksi pangan di Indonesia.Teknologi yang digunakan dalam Smart Farming 4.0 di antaranya yaitu Agri Drone Sprayer (Drone penyemprot pestisida dan pupuk cair), Drone Surveillance (Drone untuk pemetaan lahan) serta Soil and Weather Sensor (Sensor tanah dan cuaca). Saat ini, tim pengajar dan peneliti dari Fakultas Pertanian dan Bisnis (FPB) UKSW (Universitas Kristen Satya Wacana) Salatiga tengah berjuang mengembangkan model Smart Farming 4.0 yang mudah diterapkan di Indonesia dengan harapan akan memberikan hasil guna yang maksimal bagi sektor pertanian.

Smart Farming – Tablet, Smartphone und Sensoren auf dem Acker

Model Smart Farming 4.0 yang dikembangkan Fakultas Pertanian dan Bisnis UKSW ini tidak hanya mempertimbangkan jenis tanaman yang potensial untuk dikembangkan, namun juga mempertimbangkan aspek bisnis dan teknologi pendukung untuk budidaya pertanian.

Sebagai langkah awal, Tim Smart Farming 4.0 FPB UKSW yang terdiri dari 15 peneliti, telah mempublikasikan hasil kajiannya menjadi sebuah buku yang diberi judul “Smart Farming: Pertanian di Era Revolusi Industri 4.0” yang diterbitkan oleh Penerbit Andi Jogja. Buku tersebut sudah diluncurkan sejak 27 Februari 2020 di Balairung Utama Kampus UKSW.

Buku yang ditulis oleh 15 peneliti tersebut, diharapkan bisa memberi gambaran yang lengkap tentang pertanian di era revolusi industri 4.0.  Di dalam buku tersebut diulas secara lengkap perkembangan teknologi informasi bagi petani dari awal kemunculannya sampai pada kondisi terkini.

Tujuan utama penggunaan teknologi informasi dalam bidang pertanian yang menggunakan model Smart Farming 4.0 ini adalah untuk kesejahteraan petani. Karena jika petani tidak sejahtera, keberlanjutan usaha tani pun akan terancam. Kalau itu dibiarkan berlanjut, kita akan tergantung pada pasok impor. Sangat ironi, mengingat negeri yang begitu makmur harus impor untuk memenuhi kebutuhan pangannya.

Selain itu, diharapkan dengan adanya teknologi ini memberi peluang bagi petani untuk menghasilkan produk yang kualitasnya lebih baik, sehingga harga yang diterima petani lebih memadai.

Penggunaan teknologi informasi pun diyakini bisa membuat usaha tani menjadi lebih efektif dan efisien. Semua kebutuhan tanaman bisa diukur secara presisif, serta kebutuhan air, cahaya, sampai zat hara bisa dipenuhi secukupnya. Dengan tingkat efisien yang dicapai, dipastikan bisa menghemat biaya produksi, sementara untuk pengendalian hama pun bisa diminimalisir dengan teknologi.

Pemanfaatan teknologi informasi di sektor pertanian saat ini juga sudah dikembangkan untuk mendukung pemasaran produk. Hal ini di dukung oleh Menteri Pertanian yang mulai menyiapkan adanya data tunggal pertanian untuk menyempurnakan pola pasok kebutuhan pangan menjadi lebih baik. Dengan data digital tunggal, diharapkan kerusakan produk pangan pada proses pengiriman dari produsen ke konsumen bisa berkurang.

Dari semua hal yang telah disebutkan, satu yang menjadi daya tarik pengembangan teknologi informasi Smart Farming 4.0 ini adalah bisa menarik minat generasi milenial untuk mau bergelut di sektor pertanian. Pasalnya, saat ini para pelaku di sektor pertanian didominasi oleh mereka yang usianya di atas 40 tahun. Diharapkan bagi anak muda tidak gengsi lagi untuk terlibat dalam proses usaha sektor pertanian pada umumnya. (ran)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here